Kamis, 03 September 2009
Jogjakarta Reggae Merdeka

Indonesia Reggae Community (IRC) yang diketuai Robert, menggelar launching album kompilasi bertajuk Jogjakarta Reggae Merdeka, di Kedai Gong, kemarin. Dalam kesempatan itu Robert mengungkapkan, album kompilasi ini merupakan langkah awal komunitas reggae Jogja untuk kembali bangkit.
Tak heran jika Jogjakarta Reggae Merdeka menjadi pilihan. “Selain bertepatan dengan hari kemerdekaan, album ini merupakan awal kami berjuang,” ujarnya, usai launching, kepada Harian Jogja. Tentu bukan hal mudah untuk mewujudkan karya, meski sekadar album kompilasi. Pasalnya mereka mendanai sendiri proses rekaman album itu, hingga jadi satu CD.
“Semua kami yang nanggung, tanpa sponsor sama sekali. Kalaupun ada, itu karena pertemanan. Alhamdulilah, seluruh proses bisa berjalan dengan baik,” tambah Robert. Perlu diketahui, sebelum launching, komunitas ini telah bergerak dengan cara menggelar pentas. Tujuan utama sudah barang tentu untuk mempromosikan album kompilasi itu. Langkah selanjutkan, mereka akan mengadakan klinik workshop.
“Yang mendasari klinik adalah menjaga agar mereka tetap eksis menjadi band. Kan nggak lucu kalau sudah disebarkan CD & kasetnya, tapi bandnya bubar. Terus ngundangnya piye dap,” ujar lelaki yang tak pernah lepas dengan topinya itu. Setelah disaring, akhirnya ada sepuluh band yang terpilih untuk masuk dalam album kompilasi, yakni Burgertime (Angkuh), Clawbout (Bebas), Freies Leben (Pasta Reggae), Djaloer Pitoe (Arti Kedamaian), Jarerasta (Indonesia woyoo), Jogjamming (Break My Heart), Kuripasai (Soal Hati), Maple Root (Janji), Santa Ana (Hear My Music), dan The Marijans (Marijans Voice).
Untuk urusan musik, album ini terbilang komplit. Meski kebanyakan mengangkat pop reggae, ada juga yang mengangkat akustik reggae. Inilah yang membuat album Jogjakarta Reggae Merdeka sangat berbeda. Pentolan Burgertime, Ruly, yang juga vokalis, mengatakan, “Apapun nama aransemennya, baginya reggae selalu mengajak bergoyang. Maka kami memberi nama musik kami Reggae Dance,” cetusnya.
Untuk urusan lirik, sebagian besar masih mengangkat tema sosial. Ada juga beberapa yang mengangakat tema cinta, tapi masih juga berhubungan dekat dengan kritik sosial. “Itulah cirri khas reggae, bukan rambut gimbalnya,” tambah Ruly.
sumber : HARJO

Label: Yoomaaan
Read or
<< HomePosting Komentar